Peribahasa: Hidup, Sawang-Sinawang.

 

Ada yang mau belajar bareng saya? GRATIS di Channel Telegram! :)

sangpena.com – Tulisan oleh Halida Rahmi Luthfianti (istri saya) :p

Pagi itu setelah foto saya di status Wh**sap* dikomen teman, dan berlanjut chatting. Ada malam-malam yang dirindukan saat masih di Purwokerto, obrolan yang sulit berhenti sebelum betul-betul ingat bahwa kita pernah diskusi panjang tentang jam malam “jamal”. Bahkan sering, malam-malam itu kami tutup dengan obrolan tanpa membuat kesimpulan, menarik, hingga malam-malam berikutnya yang mengundang hasrat untuk kembali berbincang.

Tidak jarang obrolan-obrolan malam itu menjadi bahan pertimbangan untuk melangkah. Termasuk keputusan nekat dalam menggenapkan separuh agama, secepat itu, yang rencananya khitbah jadi akad. Alhamdulillaah. Nah, jadinya status-status Wh**sap* saya akhir-akhir ini layak penganten baru pada umumnya, hehe.

“Sering nyawang fotomu kaya kiye dadi piwee (sering lihat fotomu kaya gini, jadi gimanaaa gitu)” komentar teman saya.

 

Tutorial Memasukkan Keyword di File EPS Shuttersotck Baca di sini!

Tiba-tiba teringat, kalo kami pernah ngobrol tentang postingan para pengantin baru yang kadang mengganggu ketenangan para jomblo. Pikir saya, alhamdulillaah diingatkan, walaupun lain cara pandang setelah saya jadi pengantin baru, tentang foto-foto pasutri itu, hehe. Maka saya konfirmasi “dadi piwe e positif apa negatif mba? (jadi gimananya itu positif apa negatif mba?)”

“Entah ini namanya perasaan positif atau negatif. Saya kali ini tak mampu menafsirkannya, Da” jawabnya

Chatting berlanjut, perasaanya sedang menggambarkan kalau saya sudah selesai dari permasalahan-permasalah hati, dari segala kegundahan yang sempat jadi bahasan kami malam-malam itu. Hingga pergolakan hati dan akal pernah sampai meneteskan air mata kami, ah memang betul Al-Qur’an adalah sumber gagasan, bukan sekedar pembenaran, walaupun di bagian kesimpulan akan menjadi bahan konfirmasi. Li taskunu ilaiha (QS. 30 :2) “agar merasakan ketenangan (sakinah) kepadanya” yang juga pernah kita obrolkan adalah gagasan yang benar adanya.

Tapi, jika dari sudut pandang saya yang memandang teman saya, hari ini ia sedang melanjutkan jenjang studinya. Yang saya tahu, penelitiannya dulu saat menyelesaikan skripsi tidak sekedar dalam rangka menyelesaikan kewajiban, tapi juga nilai kebermanfaatan. Hal tersebut tidak akan dapat dibangun jika tidak memperkaya cara pandang, bagi saya perguruan tinggi adalah tempat paling efektif untuk memperkaya cara pandang dalam bidangnya. Maka saya pun merasa “dadi piwe (jadi gimanaa gitu)” lihat temen saya sedang studi lanjut, dadi kepengen (jadi ingin), kok kayanya enak.

Nah, menurut pribahasa hidup itu sawang sinawang, nggak beda jauh sih sama kata nyawang-nya orang jawa. Yakni saling melihat hidup orang lain. Padahal yang dilihat belum tentu keseluruhan apa yang dirasa. Karena rumput tetangga tak selalu hijau, bisa jadi karena terhalang tanaman anak nakal di sekelilingnya atau bahkan yang hijau itu bukan rumput, tapi parasit paku yang tumbuh di tamannya. Ya, sawang sinawang.

Bibit rumput hijau itu sejatinya ada di halaman kita, yang jika dirawat akan lebih indah dan bermanfaat. Hanya saja perlu banyak bersyukur, memperkaya dan merubah cara pandang. Hingga yang bersyukur akan ditambah nikmatnya, begitu menurut QS. 14 : 7.

Semarang, 6 Februari 2018.

 

Mau Font Gratis Free For Commercial Use? Klik Di Sini

Blogger yang tersesat dalam dunia design grafis plus main biola sejak 2014. Saat ini bersama istri dan putra pertama tinggal di Kota Bandung. Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, gratis! :D

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *