Kuliah, Jangan Cuma Ngampus!

 

Buntu dan bingung tidak punya ide produksi stock desain? Dapatkan Gratis Di Sini

Kuliah, Jangan Cuma Ngampus

sangpena.com – Memperoleh pekerjaan selepas kuliah. Tentu menjadi impian mayoritas mahasiswa yang tidak melanjutkan studi lanjutan selepas wisuda. Banyak yang dengan semangat menggebu-gebu ingin segera mendapat gelar sarjana lalu mendapatkan pekerjaan idaman. Sayang, banyak di antara para sarjana tersebut malah akhirnya tidak memperoleh pekerjaan impian, bahkan menganggur.

Tentu ini bukan isapan jempol, pada tahun 2013 dilansir dari Suara Merdeka, terdapat lebih 421ribu sarjana yang menganggur tidak terserap dunia kerja. Jika angka tersebut terus bertambah secara signifikan, mengingat setiap tahun ada mahasiswa yang diwisuda, maka kita bisa memprediksi entah ada berapa ratus ribu atau juta sarjana terdidik yang menganggur di Indonesia per tahun 2015.

Tentu kita patut bertanya-tanya, apakah gelar sarjana tidak lagi laku di perusahaan? Apakah keterbatasan lowongan yang tersedia? Ataukah apa?

Tidak hanya sekali dua kali saya ditanya beberapa kawan, entah seangkatan atau adik kuliah yang baru selesai sarjana, pertanyaan sama: “Mas, ada lowongan pekerjaan di situ?”. Dan jawaban saya selalu sama: “Punya keahlian apa mas?” Jawabannya bisa ditebak, “Saya sarjana bla-bla-bla“. Padahal, saya bertanya keahlian, bukan basic ilmu selama kuliah. Karena seringnya terdapat perbedaan, ada orang yang memiliki keahlian A, padahal basic ilmunya C misalnya.

 

Tulisan baru: 9 Situs Microstock Terbaik Tahun 2024 Baca di sini!

Maka, saat ini perlu dipahamkan dulu, bahwa keahlian tidak melulu mengekor dengan gelar sarjana yang kita miliki. Dia bisa apa saja, karena keahlian bisa sangat luas, apalagi di era digital ini, banyak keahlian yang justru tidak lahir di bangku kuliah, tapi karena dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan (praktisi).

Secara pribadi, saya berpendapat jika masih banyaknya sarjana yang menganggur hingga saat ini bukan karena salahnya sistem pendidikan ketika kuliah, tetapi dikembalikan lagi kepada yang bersangkutan. Apakah selama empat tahun kuliah ia hanya mengejar nilai-nilai, tanpa memperhatikan hal yang sebenarnya lebih penting ketika di dunia kerja: keahlian, relasi dan kompetensi.

Seseorang yang memperoleh nilai 100 di teori materi A, bukan jaminan ia akan berhasil saat materi A tersebut menjadi sebuah praktek di lapangan. Karena memang, seringnya jauh sekali realita di lapangan dengan teori saat kuliah. Meskipun tetap keduanya saling berhubungan.

Banyaknya pengangguran terdidik saat ini bisa juga terjadi karena ketidaksiapan menghadapi dunia kerja yang “kejam”. Seorang “mantan” mahasiswa yang sebelumnya berada di zona nyaman, serba dicukupi orang tua untuk berbagai kebutuhan, mendadak harus menghadapi kenyataan: betapa sulitnya menemukan pekerjaan, banyaknya tekanan dan tuntutan di dunia kerja, hingga potensi konflik di lingkungan pekerjaan yang tidak dapat dihindari. Kejam.

Secara sederhana, sebenarnya untuk memperoleh pekerjaan terbaik kita hanya perlu skill, kompetensi di bidang tersebut, visioner dan terakhir ijazah sebagai syarat formalitas. Tapi penting untuk disadari bahwa porsi utamanya lebih besar skill, sekalipun ijazah kita dikeluarkan oleh kampus nomer satu di Indonesia, jika saat diuji skill kita masih nol, maka kita harus say sayonara ke pekerjaan tersebut. Tapi dengan skill terbaik dan berdaya saing, sekalipun ijazah kamu dikeluarkan kampus yang belum ternama kamu akan tetap punya kesempatan berkarir sama besarnya.

Jangan Cuma Ngampus!
Di tempat pekerjaan saya saat ini, banyak yang bekerja tapi tidak sesuai dengan bidang pendidikannya selama kuliah. Tapi semuanya bisa berjalan dengan baik karena memang mereka bekerja sesuai keahliannya, bukan hanya bekerja sesuai dengan ijazahnya.

Ingat, semua pekerjaan membutuhkan keahlian, seorang praktisi, bukan hanya akademisi (kecuali kampus). Di dunia kerja kamu dituntut, tidak hanya paham teori tetapi juga mengerti secara teknis.

Sayangnya, saat ini banyak sekali calon sarjana yang masih terbuai rutinitas semu. Aktivitas kuliah hanya dimulai di kosan, sejenak di kampus dan kembali berakhir di kosan. Tidak ada nilai tambah dalam kesibukan semacam ini. Padahal, dunia kerja membutuhkan keahlian sosial dan emosional untuk bisa menikmatinya. Jika kuliah hanya seperti robot, bagaimana masa depan dunia kerjanya? Mungkin membuat pabrik robot. 😀

Bapak Hardiwinoto, salah satu Dekan saya di kampus waktu itu pernah menyampaikan: “Jadilah ahli di satu bidang ilmu, tetapi kuasailah (pahami) banyak bidang yang lain”. Maksudnya, jangan hanya terpaku pada satu titik kesibukan kuliah ketika di kampus, aktiflah di berbagai kegiatan, organisasi, komunitas, mengembangkan hobi, bertemu banyak orang dan lain-lain. Berbagai aktivitas di luar kampus itulah yang justru pada nantinya akan mempengaruhi masa depan dan membentuk kepribadian kita.

IPK yang tinggi tidak akan banyak kita sampaikan di dunia kerja, tetapi berbagai pengalaman di saat kuliah yang matang akan menjadi bekal luar biasa untuk menaklukan dunia kerja. Nilai bisa jadi berpengaruh, tetapi itu tidak lebih besar dibanding kemampuanmu yang diasah setajam-tajamnya saat kuliah.

Dengan kecerdasan kuliah diimbangi relasi yang berkualitas serta kematangan pengalaman dan emosional, maka memperoleh pekerjaan idaman bukan lagi mimpi belaka.

Mari, yang masih kuliah jangan terlambat berbenah dan berubah. Jangan sampai menyesal saat dunia kerja sudah terbentang di hadapan kita, tetapi kita merasa tidak memiliki apa-apa untuk menghadapinya.

Yang sudah selesai studi dan masih belum menemukan pekerjaan idaman, semoga ikhtiarnya lekas berbuah manis dengan mendapatkan pekerjaan terbaik. Jangan lupa terus belajar sekalipun sudah masuk dalam lingkaran dunia kerja.

Semoga senantiasa sukses dalam setiap langkah-langkah hebat kita!

 

___

Penulis, lulusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Semarang Tahun 2014

Jakarta, 3 Desember 2015

Punya Telegram? Belajar bareng yuk, GRATIS di Channel Telegram!

Suami & ayah penuh waktu | Delapan tahun kerja dari rumah | Wordpres & Adobe Illustrator

Related Posts

This Post Has 5 Comments

    1. Hehehe, terima kasih mas Sarwono. Pas kuliah saya lebih banyak klayapan ikut organisasi di kampus dan di luar kampus. Ternyata sekarang sangat bermanfaat juga :))

  1. Hedeh saya gak pernah kuliah karena gak punya biaya…tapi alhamdulillah mungkin faktor rezeki dari Allah dan keberuntungan sehingga saya bisa masuk kerja di perusahaan besar di Indonesia.
    Saya setuju sekali dengan artikel dan pendapatnya, kebetulan kerja saya di bagian HRD dan ketika mau rekrut karyawan jarang sekali melihat yang namanya Ijazah SMA atau Sarjana apalagi nilai IPK nya, yang paling pertama saya lihat adalah pengalaman kerja sebelumnya dan keahliannya apa yang dia miliki… 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *